Teori – Teori dan Model – Model Pertumbuhan
1. Teori
Klasik
Dasar
pemikiran dari teori klasik adalah pembangunan ekonomi dilandasi oleh sistem
liberal, yang mana pertumbuhan ekonomi dipacu oleh semangat untuk mendapatkan
keuntungan maksimal. Jika keuntungan meningkat, tabungan akan meningkat, dan
investasi juga akan bertambah. Hal ini akan meningkatkan stok modal yang ada.
Skala produksi meningkat dan meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja sehingga
tingkat upah juga meningkat. Yang terakhir ini selanjutnya akan mengakibatkan
jumlah suplay tenaga kerja meningkat yang akhirnya akan menurunkan tingkat
produktivitas dan keuntungan karena berlakunya hukum tambahan hasil yang
semakin berkurang (diminishing of return) karena terbatasnya jumlah sumber daya
alam (SDA), seperti luas tanah.
Proses ini selanjutnya
mengakibatkan produksi, permintaan tenaga kerja, dan juga tingkat upah menurun.
Menurut pemikiran klasik, pada kondisi seperti ini perekonomian mengalami
tingkat kejenuhan atau keadaan stasioner. Ini adalah sebuah keadaan di mana
perekonomian telah dewasa, mapan, dan masyarakat telah sejahtera, tetapi tanpa
perkembangan lebih lanjut.
Beberapa teori klasik antara lain sebagai berikut :
a. Teori
Pertumbuhan Adam Smith
Di dalam teori ini, ada tiga
faktor penentu proses produksi / pertumbuhan, yakni SDA, SDM, dan barang modal.
b. Teori
Pertumbuhan David Ricardo
Menurut teori ini,
pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh SDA yang jumlah nya terbatas, dan jumlah
penduduk yang menghasilkan jumlah tenaga kerja yang menyesuaikan diri dengan
tingkat upah, di atas atau di bawah tingkat upah minimal. David Ricardo juga
melihat adanya perubahan teknologi yang selalu terjadi, yang membuat
meningkatnya produktivitas tenaga kerja dan memperlambat proses diminishing return kemerosotan tingkat
upah an keuntungan ke arah tingkat minimumnya. David Ricardo juga melihat
pertanian sebagai sector utama sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi.
c. Teori
Pertumbuhan dari Thomas Robert Malthus
Menurutnya, ukuran
keberhasilan pembangunan suatu perekonomian adalah kesejahteraan negara, yakni
jika PNB potensialnya meningkat. Sector yang dominan adalah pertanian dan
industry. Jika output di kedua sector tersebut ditingkatkan, maka PNB
potensialnya akan bisa ditingkatkan. Ada dua kelompok faktor yang sangat
menentukan pertumbuhan, yakni faktor – faktor ekonomi seperti tanah, tenaga
kerja, modal dan organisasi. Dan faktor – faktor nonekonomi, seperti keamanan atas kekayaan, konstitusi dan hukum
yang pasti, etos kerja dan disiplin pekerjaan yang tinggi. Di antara faktor –
faktor ekonomi tersebut yang paling berpengaruh adalah faktor akumulasi modal.
Tanpa penambahan modal (peningkatan investasi), proses produksi akan berhenti
dan berarti PNB potensial akan berkurang atau hilang. Sumber utama akumulasi
modal adalah keuntungan dari pengusaha, bukan penghematan konsumsi atau
tabungan masyarakat.
d. Teori
Marx
Marx membuat lima tahapan
perkembangan sebuah perekonomian, yakni:
1) Perekonomian
komunal primitive
2) Perekonomian
perbudakan
3) Perekonomian
feodal
4) Perekonomian
kapitalis
5) Perekonomian
sosialis
Titik
krisis dari teori marx ini adalah pada transisi dari perekonomian kapitalis dan
perekonomian sosialis.
2. Teori
Neo – Keynes
Model
pertumbuhan yang masuk di dalam kelompok teori neo – Keynes adalah modal dari
Harrod dan Domar yang mencoba memperluas teori Keynes mengenai keseimbangan
pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang dengan melihat pengaruh
dari investasi, baik AD maupun pada perluasan kapasitas produksi AS, yang pada
akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dapat dikatakan bahwa model
pertumbuhan Harrord – Domar adalah suatu gabungan dengan modifikasi dari model
pertumbuhan dari Dumar dan model pertumbuhan dari Harrord. Model dari Domar
lebih memfokuskan pada laju pertumbuhan investasi. Di dalam modelnya, investasi
ditetapkan harus tumbuh dalam suatu presentase yang konstan. Sedangkan
penekanan dari model Harrord lebih pada pertumbuhan Y jangka panjang. Di dalam
modelnya, laju pertumbuhan keseimbangan yang membuat besarnya pertumbuhan
tabungan domestic yang direncanakan ditetapkan selalu sama dengan besarnya
investasi yang direncanakan.
3. Teori
Neo – Klasik
Pemikiran
dari teori neo – klasik didasarkan pada kritik atas kelemahan – kelemahan atau
penyempurnaan terhadap pendangan / asumsi dari teori klasik. Beberapa model neo
– klasik antara lain :
a. Model
Pertumbuhan A. Lewis
Model ini yang dikenal
dengan sebutan suplai tenaga kerja yang tidak terbatas adalah satu di antara
model neo – klasik yang meneliti gejala di negara – negara berkembang (NSB).
Model ini menjelaskan bagaimana pertumbuhan ekonomi dimulai di sebuah NSB yang
mempunyai dua sector dengan sifat yang berbeda, yakni pertanian tradisional
yang subsistem di pedesaan dan industry yang modern di perkotaan. Dalam model
ini, pertumbuhan ekonomi terjadi karena pertumbuhan industry dengan proses
akumulasi modal yang pesat, sedangkan di pertanian pertumbuhan nya relative
rendah dengan akumulasi capital yang rendah sekali. Keunggulan komparati di
sector industry adalah upah buruh yang murah dikarenakan suplai tenaga kerja
yang berlimpah di pertanian. Akibat terlalu banyaknya tenaga kerja di pertanian
membuat rendahnya marjinal produktivitas tenaga kerja di sector tersebut,
sehingga perpindahan tenaga kerja dari pertanian ke industry tidak sampai
mengakibatkan turunnya produksi di pertanian.
b. Model
Pertumbuhan Paul A. Baran
Model ini dikenal sebagai
teori pertumbuhan dan stagnasi ekonomi. Pemikiran nya disebut sebagai tesis
neomarxis, karena ia menolak pemikiran marxis yang menyatakan bahwa NSB akan
maju seperti di Eropa karena sentuhan nya dengan negara – negara maju (NM) atau
negara – negara kapitalis. Sedangkan Baran berpendapat bahwa akibat pengaruh
dari NM, ekonomi NSB akan menjadi buruk. Menurut Baran, proses kapitalisme di
NSB berbeda dengan yang terjadi di NM. Di NM proses kapitalisme yang memakan
waktu cukup panjang mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
1) Pertumbuhan
ekonomi meningkat bersamaan dengan perpindahan masyarakat petani dari pedesaan
ke industri di perkotaan.
2) Peningkatan
produksi barang dan jasa berbarengan dengan terjadinya pembagian dan
spesialisasi kerja. Sebagian menjadi buruh dan sulit berkembang dan sebagian
lainnya menjadi kaya dan terus menumpuk capital.
Sedangkan,
di NSB proses akumulasi modal tidak terjadi. Yang terjadi justru sebaliknya
yaitu modal asing yang datang ke NSB justru mengambil surplus ekonomiyang
terjadi, sehingga capital yang ada justru berkurang, dan masyarakat menjadi
miskin karena tidak menikmati surplus tersebut.
c. Teori
Ketergantungan Neokolonial
Dasar pemikiran dari teori
ini adalah bahwa pembangunan ekonomi di NSB sangat tergantung pada NM, terutama
dalam investasi langsung di sector pertambangan dan impor barang – barang
industri. Pekerja – pekerja di NSB di bekerjakan sebagai buruh di perusahaan –
perusahaan asing yang berlokasi di NSB di sector pertanian dan pertambangan ,
sementara semua kebutuhan produk – produk manufaktur, mulai dari barang –
barang konsumsi hingga peralatan dan mesin industri di impor dari NM. Ini
membuat NSB hanya bisa berspesialisasi di produk – produk primer yang nilai
tambahnya rendah, sementara NM berspesialisasi di produk – produk industri yang
menghasilkan nilai bertambah besar. Walaupun sekarang ini, sudah banyak NSB yang
berspesialisasi dalam industri manufaktur, tetapi ketergantungan nya terhadap
NM tetap tinggi, bahkan menjadi lebih tergantung, terutama dalam pinjaman dan
teknologi.
d. Model
Pertumbuhan WW. Rostow
Menurut Rostow pembangunan
ekonomi di manapun juga merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis
lurus, yakni dari masyarakat terbelakang ke masyarakat maju. Proses ini, dengan
berbagai variasinya pada dasarnya berlangsung sama di manapun dan kapanpun
juga. Dalam modelnya, proses pembangunan terdiri atas lima tahapan, yaitu :
1) Masyarakat
tradisional
2) Prakondisi
untuk lepas landas
3) Lepas
landas
4) Menuju
kedewasaan
5) Era
konsumsi missal tinggi
Kriteria
yang digunakan untuk membedakan tahap satu dengan tahap – tahap berikutnya
adalah perubahan yang terjadi dalam kondisi ekonomi, sosial, politik, serta
budaya dalam sebuah perekonomian.
e. Model
Pertumbuhan Solow
Model pertumbuhan Solow
adalah penyempurnaan model pertumbuhan
Harrod – Domar. Dalam model Solow, proporsi faktor produksi diasumsikan dapat
berubah dan tingkat upah tenaga kerja dan suku bunga juga bisa berubah. Jika
jumlah tenaga kerja tumbuh melebihi jumlah stok capital, upah akan turun
relative dengan suku bunga. Atau sebaliknya, jika pertumbuhan capital melebihi
pertumbuhan tenaga kerja, suku bunga akan turun relatif terhadap upah.
Fleksibilitas harga faktor produksi ini yang memungkinkan jalur pertumbuhan
dalam model ini bisa menjadi stabil, berbeda dengan model H-O yang bisa
mengalami ketidakstabilan yang berkepanjangan jika syarat – syarat untuk
mencapai pertumbuhan warranted tidak
terpenuhi. Model ini menganalisis pertumbuhan ekonomi (Y) dengan menggunakan
fungsi produksi. Fungsi produksi yakni capital (K) dan tenaga kerja (L), dapat
tumbuh pada tingkat yang berbeda :
Y = Kα(AL)β
Di mana A = konstanta yang
nilainya berbeda – beda untuk perekonomian yang berbeda dan α dan β adalah
elastisitas output terhadap capital dan tenaga kerja. Dalam fungsi produksi
Cobb – Douglas, α+β = 1 yang artinya bahwa peningkatan output sama persis dengan
produktivitas fisik marginal dari kedua faktor produksi tersebut dikalikan
dengan kenaikan nya. Hal ini mengimplikasikan skala hasil yang konstan.
4. Teori
Modern
Seperti
yang telah di jelaskan di atas, model – model pertumbuhan di atas hanya melihat
pada satu sumber pertumbuhan saja, yakni konstribusi dari penambahan jumlah
dari faktor – faktor produksi. Padahal sumber pertumbuhan yang terpenting
adalah peningkatan produktivitas , bukan jumlah dari faktor – faktor produksi
yang di gunakan dan ini mencerminkan adanya suatu progres teknologi.
Dalam
teori modern ini, faktor – faktor produksi yang krusial tidak hanya banyaknya
tenaga kerja dan modal, tetapi juga kualitas SDM dan kemajuan teknologi,
energy, kewirausahaan, bahan baku, dan material. Bahkan dalam era
globalisasi dan perdagangan bebas dunia
saat ini, kualitas SDM dan teknologi merupakan dua faktor dalam satu paket yang
menjadi penentu utama dalam keberhasilan suatu bangsa / negara. Selain itu,
faktor – faktor lain yang oleh teori modern juga dianggap sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi adalah ketersediaan dan kondisi infrastuktur,
hukum serta peraturan, stabilitas politik, kebijakan pemerintah, birokrasi, dan
dasar tukar internasional.
Dilihat
dari kerangka pemikiran kelompok teeori modern tersebut, ada sejumlah perbedaan
yang mendasar dengan kelompok teori klasik dan neoklasik atau neo – Keynes,
diantaranya adalah yang mencakup tenaga kerja, modal, dan kewirausahaan. Dalam
kelompok teori modern, kualitas tenaga kerja lebih penting dari pada
kuantitasnya. Demikian juga dengan modal, kualitasnya lebih penting dari pada
kuantitas. Dan juga kewirausahaan, termasuk kemampuan seseorang untuk melakukan
inovasi, merupakan salah satu faktor krusial bagi pertumbuhan ekonomi.
Jadi, model – model
pertumbuhan baru memasuki aspek – aspek enogenitas dan eksternalitas di dalam
proses pembangunan ekonomi. Salah satu asumsi dari teori modern ini adalah
sifat keberadaan teknologi yang tidak eksogen, tetapi merupakan salah satu
faktor produksi yang dinamis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar