Minggu, 27 Mei 2012

struktur produksi

STRUKTUR PRODUKSI, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

PERMASALAHAN POKOK

Ketimpangan besar dalam distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan merupakan dua masalah besar di banyak negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Dikatakan besar karena jika dua masalah ini berlarut – larut atau dibiarkan semakin parah, pada akhirnya akan menimbulkan konsekuensi politik dan sosial yang sangat serius. Suatu pemerintahan bisa jatuh karena amukan rakyat miskin yang sudah tidak tahan lagi menghadapi kemiskinannya.
Di Indonesia, pada awal pemerintahan orde baru pada pembuat kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan ekonomi di Jakarta masih sangat percaya bahwa proses pembangunan ekonomi pada awalnya terpusatkan hanyan di Jawa, khususnya Jakarta dan sekitarnya, hanya di sector – sector tertentu saja, pada akhirnya menghasilkan apa yang di sebut dengan trickle down effects. Di dasarkan pada kerangka pemikiran tersebut, pada awal periode orde baru hingga  akhir decade 1970an strategi pembangunan ekonomi yang dianut oleh pemerintahan Soeharto lebih berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pusat pembangunan ekonomi nasional dimulai di Pulau Jawa dengan alasan bahwa semua fasilitas yang dibutuhkan seperti pelabuhan, jalan raya, kereta api, telekomunikasi, kompleks industri, gedung – gedung pemerintahan / administrasi negara, kantor – kantor perbankan, dan infrastruktur pendukung lainnya, lebih tersedia di Jawa (khususnya Jakarta dan sekitarnya) dibandingkan dengan provinsi – provinsi lain nya di Indonesia. Namun menjelang akhir decade 1970an, ternyata kualitas pembangunan yang dihasilkan dengan strategi tersebut sangat buruk. Oleh karena itu, tepatnya sejak pelita III pemerintah mengganti strategi pembangunan yakni tidak lagi terfokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi tujuan utama dari pembangunan.

HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Data decade 1970an dan 1980an mengenai pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan di banyak negara berkembang terutama negara – negara yang proses pembangunan ekonomi nya sangat pesat dan dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, seperti Indonesia, menunjukkan seakan – akan ada suatu korelasi positif antara laju pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan : semakin tinggi pertumbuhan PDB atau semakin besar pendapatan perkapita semakin besar perbedaan antara kaum miskin dan kaum kaya. Semakin membesarnya ketimpangan dalam distribusi pendapatan di negara – negara tersebut disebabkan oleh pergeseran – pergeseran demografi, perubahan pasar buruh, dan perubahan kebijakan – kebijakan public. 
Dalam hal perubahan pasar buruh, membesarnya kesenjangan pendapatan dari kepala keluarga dan semakin besarnya saham pendapatan dari istri di dalam total pendapatan keluarga merupakan dua faktor penyebab penting.
Literature mengenai evolusi atau perubahan kesenjangan pendapatan pada awalnya di dominasi oleh apa yang disebut dengan hipotesis Kuznets. Dengan memakai data lintas negara dan data deret waktu dari sejumlah servei / observasi di setiap negara, Simon Kuznets menemukan adanya suatu relasi antara kesenjangan pendapatan dengan tingkat pendapatan perkapita yang berbentuk U terbalik. Hasil ini di interpretasikan sebagai evolusi dari distribusi pendapatan dalam proses transisi dari suatu ekonomi perdesaan ke suatu ekonomi perkotaan, atau dari ekonomi pertanian ke ekonomi industri – industri. Pada awal proses pembangunan, ketimpangan pendapatan bertambah besar sebagai akibat dari proses urbanisasi dan industralisasi, tetapi setelah tingkat pembangunan yang lebih tinggi atau akhir dari proses pembangunan ketimpangan menurun, yakni pada saat sector industri di perkotaan sudah dapat menyerap sebagian besar tenaga kerja yang datang dari pedesaan atau pada saat pertanian lebih kecil di dalam produksi dan penciptaan pendapatan.
Struktur produksi adalah logika proses produksi, yang menyatakan hubungan antara beberapa   pekerjaan pembuatan komponen sampai menjadi produk akhir, yang biasanya ditunjukkan dengan menggunakan skema. Struktur produksi nasional dapat dilihat menurut lapangan usaha dan hasil produksi kegiatan ekonomi nasional. Berdasarkan lapangan usaha struktur produksi nasional terdiri dari sebelas lapangan usaha dan berdasarkan hasil produksi nasional terdiri dari 3 sektor, yakni sektor primer, sekunder, dan tersier.
Sejalan dengan perkembangan pembangunan ekonomi struktur produksi suatu perekonomian cenderung mengalami perubahan dari dominasi sektor primer menuju dominasi sektor sekunder dan tersier. Perubahan struktur produksi dapat terjadi karena :
  • Sifat manusia dalam perilaku konsumsinya yang cenderung berubah dari konsumsi barang barang pertanian menuju konsumsi lebih banyak barang-barang industri
  • Perubahan teknologi yang terus-menerus, dan
  • Semakin meningkatnya keuntungan komparatif dalam memproduksi barang-barang industri.
Struktur produksi nasional pada awal tahun pembangunan jangka panjang ditandai oleh peranan sektor primer, tersier, dan industri. Sejalan dengan semakin meningkatnya proses pembangunan ekonomi maka pada akhir Pelita V atau kedua, struktur produksi nasional telah bergeser dari dominasi sektor primer menuju sektor sekunder.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar