Price Index and Inflation
Beras dan Jagung
Beras dan Jagung
Oleh
SMAK
05
Hapsari
Widayani (23211213)
J.Asfirotun
(27211827)
Siti
Iqlima Zeinia (26211808)
Pengertian Inflasi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah
suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu).
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang
secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi-rendahnya tingkat harga.
Jenis Inflasi :
• Inflasi ringan
Inflasi yang terjadi apabila kenaikan
harga berada di bawah angka 10% setahun
• Inflasi sedang
Inflasi 10%—30% setahun
• Inflasi berat
Inflasi antara 30%—100% setahun
• Hiperinflasi atau inflasi tak
terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100%
Penyebab Inflasi :
• Tarikan permintaan (demand pull
inflation)
Inflasi tarikan permintaan (demand
pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan
sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga.
• Dorongan biaya (cost push inflation)
Inflasi desakan biaya (cost push
inflation) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga
mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik.
Akibat Inflasi
• Menurunnya tingkat kesejahteraan
rakyat
• Memburuknya distribusi pendapatan
• Terganggunya stabilitas ekonomi
Indikator Inflasi :
• Indeks Harga Konsumen (Consumer Price
Index)
• Indeks Harga Perdagangan Besar
(Wholesale Price Index)
• Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)
Consumer Price Index
• CPI adalah angka index yang
menunjukkan tingkat harga barang dan jasa harus dibeli konsumen dalam satu
periode tertentu.
Inflasi = (IHK – IHK-1) x 100%
IHK-1
CPI (Consumer Price Index)
Σ P0 Qo Σ P1 Q0
Σ P0 Q0 atau Σ P0 Q0
GDP Deflator
GDP deflator melihat gambaran inflasi
yang paling mewakili keadaan sebenarnya.
Inflasi = (IHI – IHI-1) x 100%
IHI-1
Σ P0 Q0 atau Σ P1 Q1
Σ P0 Q0 Σ P0 Q1
Data Penjualan Beras dan Tingkat harga pada tahun 1998 – 2005
Analisis
Inflasi adalah
suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan
proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari
suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga
yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator
untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan
harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah
inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang
yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara
untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan
GDP Deflator.
Berdasarkan data yang ada kami menggunakan
indeks harga konsumen sebagai objek yang akan dianalisis. Berdasarkan grafik
diatas terlihat bahwa IHK beras pada tahun 1998-1999 terjadi kenaikan yang
sangat tajam sehingga menyebabkan stagflasi. Hal ini terjadi karena adanya
krisis moneter yang terjadi saat itu. Akibatnya, keseimbangan harga beras
mengalami ketidakstabilan. Setelah itu pada tahun 2000 IHK menurun drastis.
Akibatnya terjadi deflasi dimana harga barang mengalami penurunan dan konsumen
memiliki kemampuan dalam menunda belanja mereka. Hal ini dikarenakan konsumen
berharap harga barang akan turun lebih jauh. Oleh karena itu aktivitas ekonomi
saat itu mengalami penurunan (melambat).
Tabel Jagung Tahun 1996- 2003 di Indonesia
Analisis
Tabel
diatas menjelaskan tentang perkembangan inflasi harga dan kuantitas
(konsumsi) jagung di Indonesia tahun
1996 – 2003. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa harga dan kuantitas jagung
mengalami fluktuasi yang sangat signifikan. Terlihat dari kenaikan yang cukup
drastis pada tahun 1999 ke tahun 2000. Hal ini disebabkan kenaikan permintaan
(kuantitas) jagung yang diminta.
Sedangkan pada tahun 2000 ke tahun 2001 terjadi penurunan yang cukup
drastis dari 75% ke 21%. Ini terjadi karena permintaan akan kuantitas jagung
berkurang. Selain permintaan (kuantitas), harga juga cukup berpengaruh terhadap
kenaikan dan penurunan inflasi tersebut.
Jika
dilihat dari grafik diatas terlihat bahwa tahun 1996-1997 tidak adanya kenaikan
yang begitu signifikan terhadap jagung. Konsumsi terhadap jagung juga hanya
naik sedikit dari tahun 1997. Jika dilihat dari data diatas dapat disimpulkan
bahwa tingkat konsumsi jagung masih terus meningkat.
Kenaikan
ini dipengaruhi dari kebutuhan masyarakat terhadap jagung. Hal ini dikarenakan
masyarakat masih mengkonsumsi jagung. Walaupun harga jagung naik, masyarakat
masih ingin mengkonsumsi jagung.
Jika
dilihat dari grafik, IHK jagung naik secara terus menerus hingga akhirnya tahun
2003 meningkat drastis. Inflasi yang berlebihan itu menyebabkan stagflasi yang
dipengaruhi oleh kuantitasnya menurun namun permintaan tetap naik.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa kenaikan dan penurunan inflasi harga dan kuantitas
produksi jagung di Indonesia yang terjadi pada tahun 1999 -2001 ini disebabkan
karena faktor harga dan kuantitas barang itu sendiri. Bila harga dan kuantitas
naik maka akan terjadi kenaikan inflasi dan sebaliknya bila terjadi penurunan
maka akan berakibat terjadi penuruan terhadap tingkat inflasinya. Adakalanya
tingkat inflasi rendah yaitu mencapai dibawah 2 % dan adakalanya tingkat
inflasi tinggi sekali hingga 100 %. Dan
bila sudah sampai tingkat hyperinflation maka akan berdampak serius terhadap
perekonomian di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar