Jumat, 02 November 2012

Ujian Akhir Teori Ekonomi


Price Index and Inflation 
Beras dan Jagung


Oleh

  SMAK 05


    Hapsari Widayani (23211213)

  J.Asfirotun (27211827)

    Siti Iqlima Zeinia (26211808)



 Pengertian Inflasi  
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu). Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga.

Jenis Inflasi :
      Inflasi ringan
Inflasi yang terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun
      Inflasi sedang
Inflasi 10%—30% setahun
      Inflasi berat
Inflasi antara 30%—100% setahun
      Hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100%

Penyebab Inflasi :
      Tarikan permintaan (demand pull inflation)
Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga.
      Dorongan biaya (cost push inflation)
Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik.

Akibat Inflasi
      Menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat
      Memburuknya distribusi pendapatan
      Terganggunya stabilitas ekonomi

Indikator Inflasi :
      Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)
      Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)
      Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)

Consumer Price Index
      CPI adalah angka index yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu.

Inflasi = (IHK – IHK-1)   x 100%
                  IHK-1 

CPI (Consumer Price Index)

                        Σ P0 Qo                                                                          Σ P1 Q0
                        Σ P0 Q0             atau                                                       Σ P0 Q0

GDP Deflator
GDP deflator melihat gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan sebenarnya.

 Inflasi = (IHI – IHI-1)   x 100%
       IHI-1

                        Σ P0 Q0                          atau                   Σ P1 Q1
                        Σ P0 Q0                                                    Σ P0 Q1

Data Penjualan Beras dan Tingkat harga pada tahun 1998 – 2005




Analisis
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Berdasarkan data yang ada kami menggunakan indeks harga konsumen sebagai objek yang akan dianalisis. Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa IHK beras pada tahun 1998-1999 terjadi kenaikan yang sangat tajam sehingga menyebabkan stagflasi. Hal ini terjadi karena adanya krisis moneter yang terjadi saat itu. Akibatnya, keseimbangan harga beras mengalami ketidakstabilan. Setelah itu pada tahun 2000 IHK menurun drastis. Akibatnya terjadi deflasi dimana harga barang mengalami penurunan dan konsumen memiliki kemampuan dalam menunda belanja mereka. Hal ini dikarenakan konsumen berharap harga barang akan turun lebih jauh. Oleh karena itu aktivitas ekonomi saat itu mengalami penurunan (melambat).



Tabel Jagung Tahun 1996- 2003 di Indonesia







Analisis 

Tabel diatas menjelaskan tentang perkembangan inflasi harga dan kuantitas (konsumsi)  jagung di Indonesia tahun 1996 – 2003. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa harga dan kuantitas jagung mengalami fluktuasi yang sangat signifikan. Terlihat dari kenaikan yang cukup drastis pada tahun 1999 ke tahun 2000. Hal ini disebabkan kenaikan permintaan (kuantitas) jagung yang diminta.  Sedangkan pada tahun 2000 ke tahun 2001 terjadi penurunan yang cukup drastis dari 75% ke 21%. Ini terjadi karena permintaan akan kuantitas jagung berkurang. Selain permintaan (kuantitas), harga juga cukup berpengaruh terhadap kenaikan dan penurunan inflasi tersebut.
Jika dilihat dari grafik diatas terlihat bahwa tahun 1996-1997 tidak adanya kenaikan yang begitu signifikan terhadap jagung. Konsumsi terhadap jagung juga hanya naik sedikit dari tahun 1997. Jika dilihat dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat konsumsi jagung masih terus meningkat.
Kenaikan ini dipengaruhi dari kebutuhan masyarakat terhadap jagung. Hal ini dikarenakan masyarakat masih mengkonsumsi jagung. Walaupun harga jagung naik, masyarakat masih ingin mengkonsumsi jagung.
Jika dilihat dari grafik, IHK jagung naik secara terus menerus hingga akhirnya tahun 2003 meningkat drastis. Inflasi yang berlebihan itu menyebabkan stagflasi yang dipengaruhi oleh kuantitasnya menurun namun permintaan tetap naik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kenaikan dan penurunan inflasi harga dan kuantitas produksi jagung di Indonesia yang terjadi pada tahun 1999 -2001 ini disebabkan karena faktor harga dan kuantitas barang itu sendiri. Bila harga dan kuantitas naik maka akan terjadi kenaikan inflasi dan sebaliknya bila terjadi penurunan maka akan berakibat terjadi penuruan terhadap tingkat inflasinya. Adakalanya tingkat inflasi rendah yaitu mencapai dibawah 2 % dan adakalanya tingkat inflasi tinggi sekali hingga 100 %.  Dan bila sudah sampai tingkat hyperinflation maka akan berdampak serius terhadap perekonomian di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar